Senin, 18 Mei 2015

PENGARUH WALISONGO DALAM BUDAYA NUSANTARA


A.      Sejarah Masuknya Islam di Nusantara
Perkembangan agama Islam di Indonesia berlangsung sangat cepat. Hal merupakan peranan dari para saudagar muslim, ulama, dan mubalig. Dengan penuh semangat mereka menyebarkan nilai-nilai Islam kepada masyarakat setempat. Nilai-nilai ajaran Islam tersebut disampaikan melalui perdagangan, sosial, dan pendidikan. Sampai akhirnya islam menyebar ke seluruh Indonesia saat ini. Demikian halnya dengan peran para ulama di Jawa yang disebut dengan wali Songo.

1.      Peranan Saudagar Muslim dalam Penyebaran Agama Islam

Menurut sejarahnya, proses masuknya agama Islam ke Indonesia belum dapat dipastikan waktunya. Beberapa sejarahwan menyebutkan abad ke-7 sebagai awal masuknya Islam. Akan tetapi, pendapat lain mengatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-13. Berdasarkan penelitian para ahli, agama Islam dibawa dan dikembangkan oleh para saudagar muslim dari Gujarat, Arab, dan Persia. Ajaran Islam ini diterima oleh masyarakat yang tinggal di sekitar pesisir pantai utara. Dengan demikian, melalui para saudagar inilah agama Islam mulai berkembang pesat yang ditandai adanya kerajaan-kerajaan Islam di pesisir pantai.

Dengan berbagai upaya dan perjuangan yang dilakukan oleh para saudagar muslim tersebut, kehadiran Islam di Nusantara bukan hanya berkenan di kalangan masyarakat bawah, melainkan juga menyentuh masyarakat kelas atas, seperti kaum bangsawan, tokoh masyarakat, kepala suku, dan para uleebalang (ketua adat).

Perjuangan para saudagar muslim tidak berhenti sampai di situ. Mereka terus berjuang dan tak kenal lelah menyebarkan nilai-nilai ajaran Islam pada masyarakat hingga berhasil. Kesuksesan mereka dalam menyiarkan dan mengembangkan agama Islam dapat terlihat dengan munculnya bandar-bandar perdagangan yang besar dan sangat ramai dikunjungi oleh para pedangang dari dalam dan luar negeri.

Penyebaran Islam dimulai dari pesisir kemudian tersebar ke daerah yang terletak di pedalaman. Masyarakat di pedalaman terkenal teguh pada kepercayaan dan tradisi nenek moyangnya, tetapi berkat kesabaran dan kebijaksanaan mereka mampu menarik masyarakat pedalaman untuk memeluk agama Islam.

2.      Peranan Wali Songo dan Ulama dalam Penyebaran Agama Islam

Selain para pedangang, faktor lain yang memiliki jasa besar dalam penyebaran agama Islam di Indonesia adalah ulama dan mubalig. Penyebaran agama Islam khususnya di Jawa dikembangkan oleh sejumlah wali. Untuk mengoordinasikan kegiatan dakwah yang dilakukan oleh para wali tersebut, dibentuklah sebuah organisasi atau dewan dakwah yang disebut Wali Songo (ulama sembilan) yang beranggotakan sembilan orang wali.

Wali adalah seseorang yang mempunyai kepribadian baik dan dianggap dekat dengan Allah swt, serta mempunyai kemampuan atau kekuatan yang tidak dimiliki oleh manusia biasa. Pendapat lain mengatakan bahwa seorang wali adalah orang yang selalu dijaga oleh Allah swt, dan senantiasa berbakti kepada-Nya.

Wali songo mengembangkan agama Islam antara abad ke-14 sampai abad ke-16 M. Dalam buku Babad Tanah Jawi dikatakan bahwa dalam berdakwah para wali ini dianggap sebagai sekelompok mubalig untuk daerah penyiaran tertentu. Selain dikenal sebagai ulama, mereka juga berpengaruh besar dalam pemerintahan. Oleh karena itu, mereka diberi gelar sunan atau susuhunan (junjungan).

Berikut ini Wali Songo yang berperan menyebarkan agama Islam :
a.      Sunan Gresik (Sunan Malik Ibrahim)
Maulana Malik Ibrahim (Maulana Magribi), berasal dari wilayah Magribi (Afrika Utara) ia lebihdikenal dengan nama Sunan Gresik karena selama ± 20 tahun ia berhasil mencetak kader dakwah di Gresik. Ia berdakwah secara intensif dan bijaksana. Meskipun bukan orang Jawa tapi ia mampu mengatasi keadaan masyarakat setempat dan menerapkan metode dakwah yang menarik. Diantara upayanya yaitu menghilangkan kasta dalam masyarakat.

b.      Sunan Ampel (Maulana Rahmatullah)
Sunan Ampel memulai dakwahya dari pesantren yang didirikan di Ampel Denta (dekat Surabaya). Sunan Ampel dikenal sebagai wali yang tidak setuju adat istiadat seperti mengadakan sesaji atau selamatan oleh rakyat Jawa waktu itu. Namun para wali berpendapat bahwa hal itu tidak dapat dihilangkan dengan segera, melainkan dengan cara memasukkan nilai-nilai Islami di dalamnya. Sunan Ampel sebagai penerus cita-cita Sunan Gresik.

c.       Sunan Bonang (Maulana Makhduhm Ibrahim)
Sunan Bonang termasuk wali yang menyebarkan agama Islam dengan cara menyesuaikan kebudayaan Jawa, seperti wayang dan gamelan. Untuk itu ia menciptakan gending-gending yang memiliki nilai-nilai keislaman. Setiap bait lagu diselingi dengan ucapan denagn dua kalimat syahadat sehinggan musik gamelan yang mengiringinya dikenal dengan saketan.

d.      Sunan Drajat (Maulana Syaifuddin)
Sunan Drajat dikenal sebagai wali yang berjiwa sosial tinggi. Perhatiannya yang demikian besar terhadap masalah sosial sangat tepat karena ia hidup pada saat kerajaan Majapajit runtuh dan rakyat mengalami krisis yaang memprihatinkan. Selain itu, dalam berdakwah ia juga menggunakan media kesenian. Pungkur adalah salah satu ciptaanya.
e.      Sunan Giri (Maulana Ainul Yaqin)
Sunan Giri atau Raden Paku merupakan seorang wali yang menyebarkan agama Islam dengan meitikberatkan bidang pendidikan. Ia pernah belajar di Pesantren Ampel Denta dan juga sebagai pendiri Pesantren Giri , beliau merupakan tokoh pemersatu Indonesia di bidang pendidikan agama Islam.

f.        Sunan Kalijaga (Maulana Muhammad Syahid)
Sunan Kalijaga merupakan seorang budayawan dan seniman. Karena wawasannya yang luas dan pemikirannya yang tajam, ia tidak hanya disukai oleh rakyat tetapai juga para cendikiawan dan penguasa. Sunan kalijaga berdakwah dengan berkelana. Sarana dakwahnya berupa wayang kulit. Alur cerita dan tokoh wayang memuat nilai-nilai Islam. Dandanggula adalah lagu yang diciptakannya.

g.      Sunan Muria (Maulana Umar Said)
Sunan Muria dikenal pendiam, tetapi sangat tajam fatwanya., ia juga dikenal sebagai guru tasawuf. Dalam menyebarkan agama Islam,ia lebih memfokuskan di daerah pedesaan karena ia sendiri tinggal di pedesaan, ia juga menyukai seni. Dua lagu bernuansa Islam, yakni Sinom dan Kinanti. Tembang sinom umumnya melukiskan suasana ramah tamah dan nasihat. Tembang Kinanti bernada gembira digunakan untuk menyampaikan ajaran agama, nasihat, dan falsafat hidup.

h.      Sunan Kudus (Maulana Ja’far Shadiq)
Ia mendapat gelar Al ‘ilmi (orang berilmu luas) karena memiliki berbagai ilmu agama, seperti fikih, ilmu tauhid. Karena keahliannya itu ia mendapat kepercayaan dari Kesultanan Demak untuk mengendalikan pemerintahan dan hakim tinggi di wilayah itu. Untuk melancarkan penyebaran Islam,ia membangun masjid di Kudus yang disebut Menara Kudus karena di smapingnya ada menara tempat bedug masjid.

i.        Sunan Gunung Jati (Maulana Syarif Hidayatullah)
Ia adalah seorang yang sangat berperan dalam penyebaran agama Islam di Cirebon. Ia merupakan cucu Raja Pajajaran yang lahir di Mekah. Setelah dewasa, ia memilih berdakwaah di Jawa dan menggantikan kedudukan pamannya dan berhasi; menjadikan Cirebon sebagai kerajaan Islam pertama di Jawa Barat.

3.      Faktor – faktor Penyebaran dan Pengembangan Agama Islam.
Faktor – faktor yang memengaruhi penyebaran dan pengembangan agama islam adalah sebagai berikut:
a.   Perdagangan
Para pedagang yang berasal dari berbagai negeri membentuk komunitas yang disebut dengan perkampungan Pakayon, yaitu kampung yang khusus untuk para pedagang muslim. Disinilah mereka melakukan perdagangan sambil berdakwah.

b.   Sosial dan Kemasyarakatan
Salah satu faktor proses penyebaran islam adalah dari segi sosial kemasyarakatan dalam bentuk perkawinan.

c.    Pengajaran
Penyebaran agama islam mengalami kemajuan antara lain melalu jalur pendidikan dan pengajaran, seperti sebutan pesantren di Jawa, Surau di Minangkabau, dan Pondok di Semenanjung Malaka.


B.      Kerajaan – Kerajaan Islam di Indonesia

1.      Kerajaan islam di Jawa
Beberapa kerajaan islam di Jawa yang memengaruhi penyebaran dan perkembangan agama Islam adalah sebagai berikut.
a.      Kerajaan Islam Demak (1500-1518 M)
b.      Kerajaan Islam Pajang (1546-1582 M)
c.       Kerajaan Islam Mataram (1582-1601 M)

Share:

0 komentar:

Posting Komentar